X

Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa dengan letak 6˚ LU – 11˚ LS dan 95˚ BT – 141˚ BT. Dari keadaan ini menyebabkan Keanekaragaman Hayati di Indonesia tinggi dan Indonesia termasuk menjadi salah satu dari tiga negara di dunia seperti Brazil dan Zaire yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan peralihan. Disamping itu indonesia juga terdapat berbagai macam flora dan fauna langka serta spesies endemik.

1. Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi

Beruntung sekali negara indonesia beriklim tropis, karena di daerah iklim tropis ini Keanekaragaman Hayati di Indonesia menjadi tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara daerah subtropis (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman Hayati di Indonesia bisa dijumpai di dalam lingkungan hutan tropis. Jika di hutan iklim sedang dijumpai dua atau tiga jenis pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropis dapat dijumpai keanekaragaman hayati 300 kali lebih banyak dibandingkan dengan hutan iklim sedang. Di hutan tropis terdapat berbagai macam flora dan fauna yang masih belum dimanfaatkan atau masih liar. Selain itu, tubuh tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) terdapat sifat-sifat unggul seperti tumbuhan yang tahan penyakit, tahan panas, tahan kekeringan, tahan kadar garam yang tinggi, dan ada juga memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi di Indonesia, keanekaragaman hayati yang memiliki berbagai macam flora-fauna baik yang sudah dimanfaatkan atau belum memiliki sifat-sifat unggul yang perlu untuk dilesatarikan.

2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas

Tumbuhan yang hidup di Indonesia merupakan tumbuhan yang hidup dari bagian daerah geografi indo-malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D Good dalam bukunya The Geography of Flowering Plants. Tumbuhan (flora) indo-malaya meliputi tumbuhan (flora) yang hidup di Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, Phlipina, bahkan India dan  tumbuhan-tumbahan yang hidup di daerah ini sering disebut sebagai kelompok tumbuhan malenesia.

Hutan-hutan di daerah malenesia memiliki sebanyak ±248.000 jenis (spesies) tumbuhan tinggi. Jumlah tersebut kira-kira merupakan separuh dari seluruh jenis (spesies) tumbuhan yang ada di muka bumi. Tumbuhan di hutan hujan tropis malenesia umumnya ditumbuhi oleh pohon famili Dipterocarpaceae (tumbuhan biji bersayap). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang memiliki pohon tinggi. Contohnya, seperti meranti (Shorea spp), keruing (dipterocarus spp), dan kayu kapur (Dyrobalanops aromatica).

Hutan di Indonesia dikenal sebagai hutan tropis karena memang benar bahwa Indonesia terletak di daerah tropis. Hutan tropis memiliki ciri-ciri dengan kanopi yang rapat serta banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat) seperti halnya mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus), dan sukun (Artocarpus) dan tumbuhan ini di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Tumbuh-tumbuhan ini juga terdapat di Malaysia dan Philipina. Di pulau Sumatera, dan Jawa, serta Kalimantan dapat dijumpai tumbuhan Rafflesia arnoldi. Tumbuhan Rafflesia adalah tumbuhan yang tumbuh di akar dan batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Telrastigma.

Di wilayah Indonesia bagian timur, ciri hutannya mempunyai sedikit perbedaan dengan bagian wilayah Indonesia lainnya, yaitu mulai dari sulawesi sampai dengan Irian Jaya (Papua) terdapat hutan hujan non-Dipterocarpaceae. Kebanyakan hutan ini menempati lahan yang datar dan pohon-pohonnya pendek, hanya beberapa pohon yang tingginya mencapai 30-40 meter. Diantaranya tumbuhan tersebut adalah Ficus (kerabat beringin) dan matoa (Pometia pumata). Pohon Matoa merupakan tumbuhan endemik dari Irian. Namun, saat ini bibit buah matoa dapat ditanam di tanah Jawa, dan tumbuh serta dapat berbuah seperti yang ada di Irian.

Selain hutan-hutan yang telah disebutkan diatas, Indonesia masih memiliki beberapa tipe hutan lain misalnya, hutan kerangas yang terdapat di sela-sela hutan hujan tropis. Di hutan kerangas terdapat pohon yang tingginya bisa mencapai 30 meter. Masih ada pula hutan monsun, hutan ini tumbuh dan tersebar pada ketinggian tanah 0-800 meter di daerah kering seperti Jatim, NTT, Sulsel dan Sulteng serta Irian Jaya (Papua). Di hutan ini dari beberapa pohon dapat mencapai ketinggian 25 meter. Di tempat-tempat tersebut terdapat pula hutan savana yaitu padang rumput dengan hutan yang terpancar.

3. Memiliki Hewan Bertipe Oriental (Asia) Australia, dan juga Peralihan

Pada tahun 1856, seseorang berkebangsaan Inggris yang bernama Alfred Russel Wallace datang ke Indonesia. Di Indonesia ia mengadakan penjelajahan dan penelitian kemudian ia menemukan perbedaan besar tentang fauna di beberapa daerah Indonesia. Ketika Wallace mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan perbedaan hewan dari kedua daerah tersebut. Di Bali terdapat hewan-hewan yang mirip dengan hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan di Lombok hewan-hewannya mirip dengan hewan-hewan Australia. Maka dari itu, selanjutnya Wallace membuat suatu garis pembatas melintang yang dimulai dari selat Lombok ke arah utara melintasi selat Makasar dan Philipina Selatan. Dan kemudian  garis pembatas tersebut dinamakan dengan Garis Wallace. Garis Wallace inilah yang membagi Indonesia menjadi dua zoogeografi yang memisahkan wilayah Oriental (Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia(Sulawesi, Irian, Maluku, NTB, dan NTT).

Selanjutnya setelah Wallace, Weber seorang ahli zoologi Jerman mendatangi Indonesia untuk mengadakan penelitian tentang penyebaran hewan-hewan di Indonesia. Weber melihat bahwa hewan-hewan di Sulawesi tidak sepenuhnya dikelompokkan sebagai tipe hewan Australia dan oleh karena itulah Weber mengatakan bahwa hewan-hewan di sulawesi merupakan hewan peralihan. Kemudian Weber membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara ke Kepulauan Aru. Sulawesi dijadikan sebagai daerah peralihan karena di Sulawesi terdapat hewan daerah Oriental dan Australia.

a. Fauna Daerah Oriental

Tipe hewan-hewan yang ada di daerah Oriental (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan), memiliki ciri-ciri seperti berikut.

  1. Banyak spesies mamalia (hewan menyusui) yang berukuran besar seperti badak, harimau, dan gajah. Sedangkan mamalia berkantung seperti kanguru jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
  2. Terdapat berbagai macam kera dan Kalimantan merupakan pulau diantara pulau di Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis hewan primata. Ada tiga jenis primata, misalnya orang utan, tarsius, loris hantu, dan bekantan.
  3. Dapat ditemui berbagai macam hewan endemik seperti binturong (Arctictis binturong), kukang (Mycticebus coucang), badak bercula satu di ujung kulon, tarsius (Tarsius bancanus), Monyet Presbytis thomasi, hewan sejenis beruang tapi kecil,  dan kukang (Mycticebus coucang).
  4. Kebanyakan burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibandingkan dengan burung di daerah Peralihan, akan tetapi burung daerah Oriental umumnya dapat berkicau dan memiliki suara merdu. Misalnya,  ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar, elang putih (Mycrohyerax latifrons), elang jawa, jalak bali (Leucospar rothschildi), elang jawa, dan murai mengkilat (Myophoneus melurunus),

b. Fauna Daerah Australia

Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Sulawesi, Maluku, Irian, dan Nusa tenggara kebanyakan sama dengan hewan yang ada di Australia. Kemudian hewan Indonesia Bagian Timur memiliki beberapa ciri yaitu: 1) mamalia berukuran kecil, 2) banyak hewan berkantung, 3) tidak terdapat spesies kera, 3) jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam.

Irian Jaya memiliki 110 spesies mamalia, termasuk didalamnya 13 spesies mamalia berkantung, misalnya kanguru (Dendrolagus ursinus, dan Dendrolagus inustus), kuskus (Spilocus macutalus), bandicot, dan oposum. selain itu, di Irian juga dapat ditemui sekitar 27 spesies hewan pengerat (rodentia), dan dari 17 diantaranya merupakan spesies endemik. Masih ada lagi, di irian juga memiliki koleksi burung terbanyak jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia dan terdapat kira-kira sekitar 320 jenis burung dan setengah diantaranya merupukan hewan endemik.

c. Fauna daerah Peralihan

NTT, terutama di pulau Padar, Komodo, dan Rica terdapat hewan reptil terbesar, yaitu komodo. Selanjutnya di pulau Sulawesi yang Merupakan daerah peralihan yang mencolok menurut Weber dapat dijumpai hewan tipe Oriental dan Australia. Di Sulawesi juga memiliki beberapa koleksi hewan endemik, misalnya  musang sulawesi, anoa, babirusa, maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.

3. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka

Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang langka. Hewan langka contohnya: harimau sumatera (Pantera tigiris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigiris sondacinus), macan kumbang (Panthera pardus), babirusa (Babyrousa babyrussa), komodo (Varanus komodoensis), Orangutan (Pongo pygmaeus abelii), dan lain-lain. Tumbuhan langka contohnya:  sawo kecik (Manilkara kauki), nangka celeng (Artocarpus heterophyllus), kepuh (Stereuela foetida), bedali (Radermachera gigantea), putat (Planhonia valida), matoa (Pometis pinnata), winong (Tertrameles nudiflora) dan lain-lain.

4. Memiliki Hewan dan Tumbuhan Endemik

Indonesia terdapat berbagai jenis hewan dan tumbuhan  endemik. Hewan dan tumbuhan endemik adalah hewan dan tumbuhan yang hanya terdapat di Indonesia sedangkan di daerah-daerah lain tidak dapat dijumpai. Contoh hewan Endemik misalnya:  badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, harimau bali (sudah punah), maleo, komodo, kukang, jalak bali putih di Bali. Sedangkan contoh tumbuhan endemik misalnya: Rafflesia arnoldi, R. patma, R. borneensis, R. ciliata, R. horsfilldi,R. contleyi, dan lain-lain.

Categories: Lain-lain
amin:
X

Headline

Privacy Settings