X

Asal-usul Tata Surya

Tata surya adalah salah satu galaxy yang terdapat di alam semesta ini. Lalu apakah alam semseta itu? Alam semesta yaitu suatu istilah yang sering digunakan oleh para ilmuwan untuk menggambarkan ruang angkasa termasuk benda-benda langit yang ada di dalamnya. Sedangkan ilmu yang mempelajari alam semesta ini disebut ilmu Astronomi. Pada awal manusia mengenal alam semesta, banyak yang beranggapan bahwa bumi kita ini merupakan pusat dari alam semesta. Kemudian anggapan tersebut berubah setelah mereka mengetahui bahwa bumi ini hanyalah sebuah planet dan meyakini bahwa matahari adalah pusat dari alam semesta. Hingga pada akhirnya ditemukan kembali bahwa alam semesta ini ternyata memiliki luas yang tidak ada batasnya dan alam semseta ini terdiri dari banyak sekali galaxy yang salah satu galaxy yang ditempati oleh Bumi kita ini yaitu galaxy Bimasakti. Galaxy Bimasakti dikenal dengan tata suryanya, dimana matahari merupakan pusat dari galaxy ini. Selain itu planet-planet yang ada di dalam galaxy ini termasuk planet bumi berputar mengelilingi matahari atau bisa disebut revolusi. Lalu seperti apakah asal usul terbentuknya tata surya kita ini? Teori dan asal usul terbentuknya tata surya dapat dijelaskan oleh beberapa teori berikut ini.

A. Teori Nebula Atau Kabut (Kant-Lapalce)

Teori Nebula atau teori kabut merupakan hipotesis mengenai asal usul tata surya yang pertama kali disampaikan oleh Emmanuel Swedenborg pada tahun 1734. Lalu teori ini disempurnakan kembali oleh Immanuel Kant pada tahun 1775. Teori ini serupa dengan apa yang disampaikan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796 sehingga teori ini juga dikenal dengan teori Nebula Kant-Laplace.

Teori Nebula ini menyatakan bahwa, pada awalnya tata surya merupakan gumpulan kabut raksasa yang tersusun dari debu, es, dan gas dengan kandungan hidrogen tinggi. Kabut ini disebut sebagai nebula dan kemudian nebula ini mengalami penyusutan karena gaya gravitasi yang dimilikinya. Selama proses penyusutan, nebula tersebut berputar dan akhirnya memanas dan berubah menjadi bintang raksasa. Bintang raksasa tersebut adalah matahari. ukuran matahari tersebut terus berubah dan menyusut dan berputar semakin cepat sehingga cincin-cincin gas dan es terlempar keluar ke sekeliling matahari. Pada akhirnya akibat adanya gaya tarik gravitasi dan penurunan suhu, gas dan es tersebut memadat dan membentuk planet-planet.

Menurut Laplace asal-usul tata surya memiliki orbit atau garis edar planet yang berbentuk elips adalah akibat dari proses terbentuknya galaxy itu sendiri. Hipotesa Nebula juga berhasil menjelaskan bahwa tata surya berbentuk datar dan orbit elips planet-planet memutari matahari bentuknya hampir datar.

B. Teori Pasang Surut atau Tidal (Jeans dan Jeffreys)

Teori Pasang Surut atau Tidal pertama kali disampaikan oleh seorang ilmuwan bernama James H. Jeans dan Harold Jeffreys. Menurut teori pasang surut, pada ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari dan kemudian menghilang. Pada saat kejadian itu separuh bagian dari matahari lepas dan tertarik oleh bintang tersebut dan dari bagian matahari yang terlepas inilah yang kemudian membentuk planet-planet. Kejadian ini menurut teori ini hampir sama dengan pasang surut air laut yang ada di bumi akibat adanya pengaruh gaya tarik gravitasi bulan. Bedanya, pasang surut air laut ukurannya lebih kecil  dibandingkan dengan teori pasang surut tata surya. Hal ini bisa terjadi karena kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak antara bulan dan bumi (60 kali jari-jari bumi). Sedangkan pada teori pasang surut air laut menurut Jeans dan Jeffreys, bintang raksasa yang mendekati matahari massanya sama dengan massa matahari. Ketika bintang tersebut mendekati matahari, pada permukaan matahari membentuk gunung-gunung gelombang yang besar sekali. Gunung-gunung tersebut memiliki ketinggian yang luar biasa dan berbentuk seperti lidah pijar raksasa. Lidah pijar yang menjulur dari matahari sampai ke bintang raksasa. Lidah tersebut sangat panas dan mempunyai rongga-rongga yang nantinya akan pecah menjadi planet-planet. Sedangkan bintang raksasa itu bergerak menjauhi matahari sehingga lama kelamaan pengaruhnya akan hilang.

Selanjutnya planet-planet tersebut mengalami pendinginan dan bergerak mengelilingi matahari. Proses pendinginan pada planet-planet yang berukuran lebih besar berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan planet-planet yang berukuran kecil seperti Merkurius dan Bumi. Dan seiring berjalannya proses pendinginan, planet-planet berputar mengelilingi matahari dengan lintaran orbit yang berbentuk elips. Oleh karena itu lintasan orbit planet yang berbentuk elips inilah yang dapat memungkinkan jarak planet dengan Matahari menjadi lebih dekat daripada jarak biasanya. Pada saat ini terjadi pasang surut pada permukaan planet-planet dan menyebabkan sejumlah materi terlontar keluar dan membentuk satelit planet-planet.

Selain teori yang sudah dijelaskan di atas, teori pasang surut juga menjelaskan bahwa planet-planet tersebut berasal dari pecahan gas matahari yang berbentuk seperti cerutu. Sehingga ukuran planet-planet menjadi berbeda-beda. Akibatnya planet-planet di bagian tengah seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus memiliki ukuran yang besar. Sedangkan pada bagian ujung, planet-planetnya berukuran lebih kecil.

3. Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlin)

Teori Planetesimal pertama kali disampaikan oleh seorang Astronom bernama Forrest R. Moulton (1878-1952) dan Ahli Kebumian yang bernama C. Chamberlin (1834-1928). Planetesimal sendiri memiliki arti yaitu planet kecil yang memutari sebuah inti yang berupa gas. Pada suatu waktu ada sebuah bintang yang melintas mendekati matahari, sehingga terjadi pasang naik antara bintang dan matahari. Pada saat bintang itu berada jauh dari massa matahari kemudian jatuh ke permukaan matahari dan sebagian besar tersebar di sekitar Matahari. Dari kejadian ini disebut Planetesimal yang dikenal sebagai planet yang berada di orbitnya dan di sekitar Matahari.

4. Teori Bintang Kembar (Fred Hoyle)

Teori Bintang Kembar pertama kali disampaikan oleh Astronom berkebangsaan Inggris R.A Lyttleton, pada tahun 1956. Teori bintang kembar adalah salah satu dari sekian banyaknya teori mengenai pembentukan dan evolusi tata surya. Menurut teori ini, tata surya terbentuk mulanya berawal dari 2 buah bintang kembar raksasa. Kemudian salah satu bintang dari bintang kembar itu meledak dan menghasilkan puing-puing debu. Hingga akhirnya berevolusi mengelilingi bintang kembarannya (Matahari) dan membentuk planet-planet beserta benda-benda langit lainnya. Karena bintang yang tidak hilang (Matahari) memiliki gravitasi yang kuat, puing-puing tersebut tidak tertarik masuk ke dalam matahari melainkan mengelilinginya. Hingga pada akhirnya serpihan-serpihan debu dari ledakan tadi menyatu dan memilin hingga akhirnya membentuk planet. Sedangkan batuan-batuan dari puing-puing bintang yang meledak berputar dan membentuk orbit asteroid. Teori ini mengacu pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa tata surya lainnya terdapat bintang kembar. Oleh karena itu, berdasarkan acuan tersebut Lyttelton meyakini bahwa asal usul tata surya kita adalah hasil dari ledakan salah satu bintang kembar yang saling bertumbukan. Dimana bintang yang meledak membentuk anggota tata surya, sedangkan bintang yang tidak hancur menjadi pusat tata surya.

5. Teori Big Bang (George Lemaitre)

Teori Big Bang atau ledakan besar adalah teori terbentuknya alam semesta yang paling terkenal dan paling masuk akal. Teori Big Bang pertama kali disampaikan oleh Abbe Georges Lemaitre seorang Kosmolog asal Belgia pada tahun 1920-an. Menurut teori ini, awalnya alam semesta ini berasal dari superatom dengan kondisi yang super padat dan panas yang kemudian meledak dan mengembang sekitar 13.700 juta tahun yang lalu. Big bang melepaskan sejumlah besar energi di alam semesta yang kemudian membentuk seluruh materi alam semesta dan kemudian berkembang hingga menjadi bentuk yang sekarang ini dan akan terus berkembang.

Atom hidrogen terbentuk bersamaan saat energi dari big bang meluas keluar. Atom Hidrogen tersebut bertambah banyak dan berkumpul membentuk debu dan awan hidrogen atau bisa disebut nebula. Awan hidrogen tersebut bertambah padat dan memanas hingga temperatur jutaan derajat celcius. Awan hidrogen ini adalah bahan-bahan pembentuk di alam semesta ini. Setelah terbentuk banyak bintang, bintang tersebut berkumpul membentuk kelompok yang kemudian disebut galaxy. Dari galaxy lahirlah milyaran tata surya dan salah satunya adalah tata surya yang kita tinggali ini.

Selain teori di atas, teori big bang juga menjelaskan bahwa alam semesta memiliki siklus yang berulang. Pada suatu titik, alam semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik dan menyisakan lubang hitam besar yang dinamakan dengan Big Crunch. Alam semesta ini tidak akan mengalami akhir karena ia membentuk sebuah siklus. Ia akan meledak, mengembang, menyusut lalu menghilang dan terus menerus seperti itu atau dalam kata lain yaitu melakukan reinkarnasi.

6. Teori Keadaan Tetap atau Steady-State (Bondi, Gold, dan Hoyle)

Teori ini disampaikan oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Foil dari Universitas Cambridge pada tahun 1948. Teori ini mengacu pada prinsip kosmologi sempurna, yaitu pernyataan bahwa alam semesta dimanapun dan kapanpun akan tetap sama. Dan menurut teori ini alam semesta belum memiliki awal dan tidak akan berakhir. Alam semesta dari dari selalu tampak sama seperti sekarang dan tidak ada yang berubah.

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penemuan galaxy baru yang mempunyai massa yang sebanding dengan galaxy lama sehingga teori ini beranggapan bahwa alam semesta termasuk tata surya memliki luas dan umur yang tidak terhingga. Teori keadaan tetap benar-benar bertentangan dengan teori Big Bang. Dalam teori asal usul tata surya ini, ketika galaxy bergerak menjauh satu sama lain, maka akan tercipta ruang kosong. Dalam teori ini, ruang angkasa terus menghasilkan materi baru guna mengisi ruang kosong galaxy. Sehingga galaxy baru akan terbentuk untuk menggantikan galaxy yang bergerak menjauh. Orang-orang akan setuju bahwa zat baru itu adalah hidrogen. Zat itu adalah sumber asal usul tata surya, bintang, dan galaxy.

7. Teori Awan Kabut atau Proto Planet (Von Weizsaecker)

Teori awan kabut atau proto planet pertama kali dikenalkan oleh Carl von Weizsacker dan disempurnakan oleh Gerald P. Kuiper sekitar tahun 1950. Teori awan kabut menyatakan bahwa sistem tata surya terbentuk gumpalan awan gas yang sangat banyak dan gumpalan gas tersebut lama kemudian menyusut dan menarik partikel-partikel debu hingga membentuk bola. Selanjutnya gabungan kumpulan gas dan partikel yang membentuk bola tersebut semuanya memilin sehingga gumpalan bola itu berubah menjadi seperti piringan cakram. Pada bagian tengah cakram ini perputarannya lambat sehingga tekanan dan panasnya meningkat dan bagian tengahnya tersebut kemudian berubah menjadi matahari. Sedangkan pada bagian pinggir cakram, perputaran terjadi dengan cepat sehingga terbentuk gumpalan-gumpalan dengan ukuran yang lebih kecil. Gumpalan itu kemudian berubah menjadi planet-planet, asteroid atau meteorid, komet, dan satelit-satelit alami yang mengiringi planet.

Categories: Lain-lain
amin:
X

Headline

Privacy Settings