Saat kemarin sobat belajar tentang bilangan oksidasi, ada fenomena aneh. Faktanya sebuah unsur yang ada di tabel unsur periodik terutama logam pada golongan B bisa mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Misalnya ada senyawa FeCl2 dan Fe2O3 dimana bilangan oksidasi untuk unsur Fe pada senyawa tersebut berturut turut +1dan +2. Oleh karena itu untuk mengetahui dan membedakan bilangan oksidasi tersebut diperlukan tata nama senyawa tersendiri. Tahukah sobat ada yang namanya sistem tata nama senyawa Stock. Sistem tata nama senyawa ini ditemukan oleh seorang pakar kimia asal Jerman bernama Alfred Stock. Ia mengembangkan suatu tata nama yang menyertakan bilangan oksidasi dari unsur yang ada dalam senyawa tersebut.
Tata Nama Senyawa Kimia Stock
Sistem tata nama stock menyatakan bilangan oksidasi suatu unsur dengan menggunakan angka romawi (I, II, II,…., V, dan seterusnya) yang ditulis setelah nama unsur anionya tanpa ada spasi. Sebagian dari sistem ini telah resmi digunakan oleh IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Sistem punyanya Alfred stock ini digunakan untuk memberi nama senyawa:
1. Senyawa biner dari logam dan nonlogam
2. Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam
3. Senyawa Asam
4. Senyawa yang mengandung ion poliatomik
1. Senyawa Biner dari Logam dan Nonlogam
Cara penamaannya angka romawi digunakan untuk logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Coba sobat hitung perhatikan contoh berikut:
Na2O | = | Natrium oksida (hanya punya satu biloks) |
MgCl2 | = | Magnesium klorida (hanya pnya satu biloks) |
FeCl2 | = | Besi(II) 0klorida (besi punya lebih dari satu biloks sehingga memakai bilangan romawi untuk menandakan jumlah bilangan oksidasinya) |
Fe2O3 | = | Besi(III) oksida (punya bilangan oksidasi +3) |
2. Senyawa Biner dari Nonlogam dan Nonlogam
Pada sistem tata nama senyawa yang kedua-duanya nonlogam angka romawi digunakan untuk unsur yang memiliki lebih dari 1 bilangan oksidasi dan bilangan tersebut bernilai positif.
Contoh
Rumus | Nama senyawa | Nama Senyawa Menurut Sistem Stock |
SO2 | Belerang dioksida | Belerang(VI) oksida |
SO3 | Belerang trioksida | Belerang(VI) oksida |
NO | Nitrogen monoksida | Nitrogen(II) oksida |
N2O5 | Dinitrogen pentaoksida | Nitrogen(V) oksida |
3. Senyawa yang mengandung ion poliatom
Tata nama senyawa yang digunakan pada senyawa yang mengandung ion poliatomik banyak beberapa varian (belum ada yang pasti baku). Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menuliskan tat namanya diantaranya:
a. Jika kation memiliki lebih dari satu biloks, angka romawi digunakan setelah nama kation
Pb(NO2)2 | = | Timbal(II) nitrit |
FeSO3 | = | Besi(II) sulfit |
CuSO4 | = | Tembaga(II) sulfat |
Fe2(C2O4)3 | = | Besi(III) oksalat |
b. Jika kation hanya memiliki satu biloks, maka biloks unsur di tengah dalam anion poliatom ditulis setelah nama kationnya. Awalan yunani tidak digunakan kecuali unsur tersebut dapat membentuk lebih dari satu senyawa tetapi dengan bilangan oksidai yang sama. Contohnya
Rumus | Nama senyawa (IUPAC) | Nama Senyawa Menurut Sistem Stock |
Al2(SO3)3 | Alumunium sulfit | Alumunium sulfat(IV) |
Al2(SO4)3 | Alumunium sulfat | Alumunium sulfat(VI) |
KNO2 | Kalium Nitrit | Kalium nitrat(III) |
KNO3 | Kalium Nitrat | Kalium nitrat(V) |
4. Senyawa Asam
Dalam sistem tata nama senyawa stock, angka romawi digunakan untuk unsur ion poliatom dalam senyawa asam yang dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Nama ion pliatom tidak diawali dengan awalan yunani tapi cukup diberi akhiran -at.
Rumus | Nama Menurut Sistem Stock | Nama Menurut IUPAC | |
HClO | = | Asam klorat(I) | Asam hipoklorit |
HClO2 | = | Asam klorat(III) | Asam klorit |
HClO3 | = | Asam klorat(V) | Asam klorat |
HClO4 | = | Asam klorat(VIII) | Asam perklorat |
sumber : buku belajar kimia secara menarik
Leave a Reply