RumusHitung.com – Hai semua, masih semangat dan terus semangat yaa… Nih rumushitung ada rangkuman rumus kimia kelas 12 terlengkap. Silahkan dipelajari dan dipahami.
Contents
BAB 1
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Contoh : Glukosa (C6H12O6), Sukrosa (C12H22O11), Urea (CO(NH2)2), dll.
1. Penurunan Tekanan Uap (∆P)
∆P = Po – P
∆P = Xt . Po
P = Xp . Po
Keterangan :
∆P = Penurunan tekanan uap
Po = Tekanan uap jenuh pelarut murni
P = Tekanan uap jenuh larutan
Xt = Fraksi mol zat terlarut
Xp = Fraksi mol pelarut
2. Kenaikan Titik Didih (∆Tb)
∆Tb = Tblar – Tbpel
∆Tb = Kb . m
Keterangan :
∆Tb = Kenaikan titik didih
Tblar = Titik didih larutan
Tbpel = Titik didih pelarut
Kb = Tetapan titik didih molal pelarut
m = Molalitas larutan
3. Penurunan Titik Beku (∆Tf)
∆Tf = Tfpel – Tflar
∆Tf = Kf . m
Keterangan :
∆Tf = Penurunan titik beku
Tfpel = Titik beku pelarut
Tflar = Titik beku larutan
Kf = Tetapan titik beku molal pelarut
m = Molalitas larutan
4. Tekanan Osmotik (π)
π = M . R . T
Keterangan :
π = Tekanan Osmotik
M = Molaritas larutan
R = Tetapan gas (0,08205)
T = Suhu mutlak (oC + 273)K
B. Sifat Koligatif Laruton Elektrolit
Contoh : NaCl, H2SO4, CH3COOH, KOH, dll
Untuk larutan elektrolit, maka rumus-rumus di atas akan dipengaruhi :
i = 1 + (n – 1) . α
Keterangan :
i = Faktor van Hoff
n = Jumlah koefisien
α = Derajat ionisasi
α untuk asam kuat atau basa kuat = 1
Perhatikan :
- Larutan NaCl diuraikan :
NaCl → Na+ + Cl– n = 2, maka i = 1 + (2 – 1) . 1 = 2 - Larutan Ba(OH)2 diuraikan :
Ba(OH)2 → Ba2+ +2OH– n = 3, maka i = 1 + (3 – 1) . 1 = 3 - Larutan MgSO4 :
MgSO4 → Mg2+ + SO42- n = 2, maka i = 1 + (2 – 1) . 1 = 2
1. Penurunan Tekanan Uap (∆P)
Keterangan :
∆P = Penurunan tekanan uap
Po = Tekanan uap jenuh pelarut murni
P = Tekanan uap jenuh larutan
Xt = Fraksi mol zat terlarut
Xp = Fraksi mol pelarut
nt = Mol zat terlarut
np = Mol zat pelarut
i = faktor van Hoff
2. Kenaikan Titik Didih (∆Tb)
∆Tb = Tblar – Tbpel
∆Tb = Kb . m . i
Keterangan :
∆Tb = Kenaikan titik didih
Tblar = Titik didih larutan
Tbpel = Titik didih pelarut
Kb = Tetapan titik didih molal pelarut
m = Molalitas larutan
i = faktor van Hoff
3. Penurunan Titik Beku (∆Tf)
∆Tf = Tfpel – Tflar
∆Tf = Kf . m . i
Keterangan :
∆Tf = Penurunan titik beku
Tfpel = Titik beku pelarut
Tflar = Titik beku larutan
Kf = Tetapan titik beku molal pelarut
m = Molalitas larutan
i = faktor van Hoff
4. Tekanan Osmotik (π)
π = M . R . T . i
Keterangan :
π = Tekanan Osmotik
M = Molaritas larutan
R = Tetapan gas (0,08205)
T = Suhu mutlak (oC + 273)K
i = faktor van Hoff
BAB 2
REDUKSI OKSIDASI, ELEKTROKIMIA, DAN ELEKTROLISIS
A. Konsep Reduksi Oksidasi
1. Berdasarkan Pengikatan atau Pelepasan Oksigen
- OKSIDASI = mengikat oksigen
- REDUKSI = melepas oksigen
2. Berdasarkan Pengikatan atau Pelepasan Elektron
- OKSIDASI = melepas elektron
- REDUKSI = mengikat elektron
3. Berdasarkan Bilangan Oksidasi
- OKSIDASI = peningkatan bilangan oksidasi
- REDUKSI = penurunan bilangan oksidasi
Ada beberapa aturan bilangan oksidasi untuk menentukan penyelesaian persoalan reaksi reduksi oksidasi berdasarkan bilangan oksidasi :
- Atom logam memiliki bilangan Oksidasi positif sesuai muatannya.
Misal :
Ag+ = bilangan oksidasinya +1
Cu+ = bilangan oksidasinya +4
Cu2+ = bilangan oksidasinya +2
Na+ = bilangan oksidasinya +1
Fe2+ = bilangan oksidasinya +2
Fe3+ = bilangan oksidasinya +3
Pb2+ = bilangan oksidasinya +2
Pb4+ = bilagan oksidasinya +1 - Bilangan oksidasi H dalam H2 = 0, dalam senyawa lain memiliki bilangan Oksidasi = +1, dalam senyawanya dengan logam (misalnya : NaH, BaH, KH) atom H memiliki bilangan Oksidasi = -1.
- Atom O dalam O2 memiliki bilangan Oksidasi = 0, dalam senyawa F2O memiliki bilangan oksidasi = +2, dalam senyawa peroksida (misalnya : H2O2, Na2O2)O memiliki bilangan Oksidasi = -1.
- Unsur bebas (misalnya : Na, Ca, C, Fe, O2, H2, dll) memiliki bilangan Oksidasi = -1.
- F memiliki bilangan Oksidasi = -1.
- Ion yang terdiri dari satu atom memiliki bilangan Oksidasi sesuai dengan muatanya, misalnya S2-, bilangan oksidasinya = -2.
- Jumlah bilangan oksidasi total dalam senyawa netral = 0.
- Jumlah bilangan oksidasi total dalam ion = muatan ionnya.
B. Menyetarakan Reaksi Reduksi Oksidasi
1. Metode Bilangan Oksidasi
- Menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
- Menyetarakan unsur dengan koefisien yang sesuai.
- Menentukan peningkatan bilangan oksidasi dari reduktor dan penurunan bilangan oksidasi dari oksidator.
Jumlah perubahan bil. Oks = Jumlah atom x Perubahannya - Menentukan koefisien yang sesuai untuk menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi.
- Menyetarakan muatan dengan menambahkan H+ atau OH–.
- Menyetarakan atom H dengan menambahkan H2O.
2. Metode Setengah Reaksi
- Tuliskan masing-msaing setengah reaksinya.
- Setarakan atom unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
- Setarakan oksigen dan kemudian hidrogen dengan ketentuan :
- Setarakan muatab dengan menambahkan elektron dengan jumlah yang sesuai, jika reaksinya oksidasi tambahkan elektron di ruas kanan, jika reaksinya reduksi tambahkan elektron di ruas kiri.
- Setarakan jumlah elektron kemudian selesaikan persamaan.
C. Elektrokimia
1. Sel Volta
- Dipakai untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
- Katoda (kutub positif), anoda (kutub negatif).
Notasi penulisan sel volta :
M = logam yang mengalami oksidasi
MA+ = logam hasil oksidasi kenaikan bil. Oks A
L = logam hasil reduksi
LB+ = logam yang mengalami reduksi penurunan bil. Oks B
Potensial Elektroda (E)
JIka diukur pada 25oC, 1 atm :
Potensial elektroda = Potensial elektroda standar (Eo)
Adapun urutan potensial elektroda standar reduksi beberapa logam ialah :
Keterangan :
- Li hingga Pb mudah mengalami oksidasi (bersifat reduktor)
- Cu hingga Au mudah mengalami reduksi (bersifat oksidator)
- Logam berada di sebelah kiri logam lain dalam reaksinya akan lebih mudah mengalami oksidasi.
Potensial sel = Eosel dirumuskan :
Reaksi dianggap spontan jika nilai Eosel = POSITIF
D. Sel Elektrolisis
- Dipakai untuk mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
- Katoda (kutub negatif), anoda (positif)
Elektrolisis Leburan (Cairan)
Jika suatu cairan dialiri listrik, maka di katoda terjadi reduksi kation dan anoda terjadi oksidasi anion.
Jika leburan CaCl2 dialiri listrik, akan terion menjadi Ca2+ dan Cl– dengan reaksi sebagai berikut : CaCl2 → Ca2+ + 2Cl–
Kation akan tereduksi di katoda, anion akan teroksidasi di anoda.
KATODA (reduksi) : Ca2+ + 2e → Ca
ANODA (oksidasi) : 2Cl– → Cl2 + 2e
Hasil : Ca2+ + 2Cl– → Ca + Cl2
BAB 3
KIMIA UNSUR
A. Reaksi Antar Halogen
Reaksi pendesakan antar halogen :
Keterangan :
√ terjadi reaksi
— tidak terjadi reaksi
B. Reaksi Gas Mulia
SEnyawa yang pertama di buat ialah XePtF6
Adapun senyawa lainnya :
C. Senyawa Kompleks
Aturan penamaan pada senyawa kompleks berdasarkan IUPAC :
- Kation selalu disebutkan terlebih dahulu dariada anion.
- Nama ligan (gugus molekul netral) disebutkan secara berurut sesuai abjad.
Daftar ligan sesuai abjad : - Jika ligan lebih dari satu, maka dinyatakan awalan, di- untuk 2, tri- untuk 3, tetra- untuk 4, penta- untuk 5, dst.
- Penamaan nama kompleks muatan positif dan negatif :
BAB 4
SENYAWA KARBON
Gugus Fungsi Senyawa Karbon
Perhatikan dua senyawa di bawah :
Dari senyawa di atas, keduanya memiliki jumlah atom C dan H yang sama, namun memiliki sifat yang berbeda. Perbedaan sifatnya bisa dilihat pada satu atom H pada etana yang diganti gugus —OH. Gugus tersebut yang membedakan sifat antara etana dengan etanol.
Di bawah ada beberapa gugus fungsi dari senyawa turunan alkana. Rumus struktur gugus fungsi senyawa turunan alkana antara lain :
A. Haoalkana
1. Tata Nama Haloalkana
Ada 2 tata nama halo alkana antara lain :
- Tata nama berdasarkan IUPAC :
- Tata nama berdasarkan Trivial (lazim) :
2. Pembuatan
Pembuatan haloalkana ada dua jenis antara lain :
- Reaksi Substitusi
- Reaksi Adisi (penjenuhan)
B. Alkohol
1. Rumus Umum Alkohol
2. Jenis Alkohol
Ada 3 jenis alkohol menurut letak gugus fungsi :
- Alkohol primer, alkohol yang gugus fungsi (—OH) terikat atom C primer.
Contoh : CH3 — CH2 — OH - Alkohol sekunder, alkohol yang gugus fungsi (—OH) terikat atom C sekunder.
Contoh : - Alkohol tersier, alkohol dengan gugus fungsi terikat atom C tersier.
Contoh :
3. Tata Nama Alkohol
Ada 2 penamaan nama alkohol :
- Trivial
- IUPAC
C. Eter
1. Rumus Umum Eter
Rumus umum eter ialah R — O — R’.
Tabel beberapa rumus senyawa Eter :
2. Tata Nama Eter
Ada 2 cara penamaan eter, yaitu secara Trivial dan IUPAC.Untuk lebih jelas, perhatikan contoh penamaan eter pada tabel berikut :
3. Sifat-Sifat Eter
- Mudah menguap
- Mudah terbakar
- Beracun
- Bereaksi dengan HI atau HBr
- Tidak membentuk ikatan hidrogen di antara molekul-molekulnya.
D. Aldehid (Alkanal)
1. Rumus Umumnya
Rumus umum aldehid ialah CnH2nO.
Perhatikan tabel contoh rumus struktur beberapa aldehid berikut :
2. Tata Nama Aldehid
- IUPAC
Contoh : - Trivial
Contoh :
E. Keton
1. Rumus Umum
Rumus umumnya ialah CnH2nO.
Perhatikan contoh pada tabel berikut :
2. Tata Nama
- Cara Trivial
- Cara IUPAC
Urutan penamaan IUPAC :
– Nomor cabang
– Nama cabang
– Nomor atom C gugus karbonil
– Nama rantau induk (alkanon)
3. Sifat Keton
- Sifat kimia
- Sifat Fisika
- Termasuk senyawa polar dan larut dalam air
- Memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang massa molekul relatif hampir sama.
F. Asam Karbosilat
1. Rumus Umum
Rumus umumnya ialah : CnH2nO2
Contoh beberapa rumus karbosilat :
2. Tata Nama
- Trivial
- IUPAC
Urutan penamaannya :
– nomor cabang
– nama cabang
– alkanoat
3. Sifat-Sifat
- Merupakan asam lemah
- Bisa bereaksi dengan basa menghasilkan garam
- Bisa bereaksi dengan alkohol menghasilkan ester
- Bisa membentuk ikatan hidrogen dengan air (sehingga memiliki titik didih tinggi)
- Mudah larut dalam air (C1 – C4)
- Adanya cabang yang akan mempengaruhi derajat keasaman
G. Ester
1. Rumus Umum
Rumus umum ester ialah : CnH2nO2
Tabel rumus senyawa ester :
2. Tata Nama Ester
Tata nama IUPAC :
3. Sifat ester
- Mudah menguap dibandingkan dengan asam / alkohol
- Berbau harum
- Sedikit larut dalam air
- Titik didih dan titik beku lebih rendah
BAB 5
BENZENA DAN MAKROMOLEKUL
A. Benzena
1. Rumus Struktur Benzena
Benzena (C6H6) ialah senyawa siklik dengan enam atom karbon yang tergabung dalam cincin.
2. Kestabilan Cincin Benzena
Kalor hidrogenasi sikloheksena ialah 28,6 kkal/mol. Untuk benzena hanya embebaskan energi 49,8 kkal/mol jika dihidrogenasi.
3. Tata Nama Senyawa Turunan Benzena
Perhatikan tabel rumus struktur beberapa senyawa turunan benzena :
Jika terdapat 2 jenis substituen, maka posisi substituen bisa dinyatakan dengan awalan o-(orto), m-(meta), atau p-(para).
Perhatikan contoh di bawah :
4. Sifat-Sifat Benzena
- Sifat fisis benzena
- Bersifat nonpolar
- Tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik
- Membentuk azeotrop
- Sifat kimia benzena
- Tidak reaktif
- Mudah terbakar dengan banyak jelaga
- Mudah mengalamisubstitusi daripada adisi
B. Polimer
Polimer ada 3 kelompok umum, yakni :
- Elastomer (polimer dengan sifat elastik, seperti karet)
- Serat (polimer mirip benang, seperti sutra, kapas, nilon)
- Plastik (polimer lembaran tipis, salutan, zat padat keras, dan bisa dicetak.
1. Reaksi Pembentukan Polimer
- Polimerisasi Adisi
Adalah perkaitan langsung antarmonomer berdasarkan reaksi adisi.
Contoh : pembentukan polietilena (polietena) - Polimerisasi Kondensasi
Adalah monomer-monomer yang saling berkaitan dengan pelepasan molekul kecil, seperti metanol dan H2O.
2. Penggolongan Polimer
- Berdasarkan Asalnya
- Berdasarkan Jenis Monomer Pembentuk
- Homopolimer, polimer hasil reaksi monomer yang sejenis
Struktur : - Kopolimer, polimer hasil reaksi monomer yang lebih dari sejenis
Struktur :
- Homopolimer, polimer hasil reaksi monomer yang sejenis
- Berdasarkan Sifat Kekenyalan
- Polimer termoplastik, polimer bersifat kenyal jika dipanaskan dan bisa membentuk sembarang sesuai keinginan
- Polimer termoset, polimer pada mulanya kenyal saat dipanaskan, namun sekali didinginkan tidak bisa dilunakkan lagi sehingga tidak bisa membentuk sembarang atau ke bentuk lain.
3. Beberapa Polimer Penting
C. Lemak
1. Rumus Struktur
Lemak ialah ester dari gliserol dengan asam-asam karbosilat suku tinggi. Asam penyusun lemak dinamakan asamlemak. Asam lemak yang terdapat di alam dinamakan asam palmitat (C15H31COOH), asam stearat (C17H35COOH), asam oleat (C17H33COOH), dan asam linoleat (C17H29COOH). Pada rumus struktur lemak tersebut, R1 – COOH, R2 – COOH, dan R3 – COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol.
2. Tata Nama
Nama lazim dari lemak itu ialah trigliserida.
Contoh :
3. Jenis-Jenis Asam Lemak
- Asam lemak jenuh, asam lemak semua ikatan atom akrbon berupa ikatan tunggal.
Contoh : asam laurat, asam palmitat, asam stearat - Asam lemak tak jenuh, asam lemak yang ikatan karbonnya mengandung ikatan rangkap.
Contoh : asam oleat, asam linoleat, asam linolenat
4. Sifat Lemak
- Sifat Fisis Lemak
- Di suhu kamar, lemak hewan berupa zat padat, sedangkan lemak tumbuhan berupa zat cair
- Memiliki titik lebur tinggi yang mengandung asam lemak jenuh, dan sebaliknya memiliki titik lebur rendah yang mengandung asam lemak tak jenuh
- Mengandung asam lemak rantai pendek yang larut dalam air, sedangkan rantai panjang tidak larut dalam air
- Larut dalam kloroform dan benzena
- Sifat Kimia Lemak
- Reaksi penyabunan (Saponifikasi)
- Halogenasi
- Hidrogenasi
D. Karbohidrat
1. Struktur Karbohidrat
- Rumus Fischer
Keterangan :
Garis horizontal : ikatan di muka bidang kertas
Garis vertikal : ikatan di sebelah belakang bidang kertas - Rumus Haworth
- Konfigurasi Molekul
– D jika atom C asimetrik terjauh dari gugus fungsi yang mengikat OH sebelah kanan.
– L jika atom C asimetrik terjauh dari gugus fungsi mengikat OH sebelah kiri.
2. Penggolongan Karbohidrat
- Monosakarida
Adalah karbohidrat yang sederhana (molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja).
Contoh :
– Glukosa
– Fruktosa
– Galaktosa
– Pentosa - Oligosalakarida
– Disakarida : terbentuk 2 monosakarida
– Trisakarida : terbentuk 3 monosakarida
– Tetrasakarida : terbentuk 4 monosakarida
Contoh :- Sukrosa
- Laktosa
- Maltosa
- Rafinosa
- Polisakarida
E. Protein
Protein memegang peranan penting. Proses kimia dalam tubuh berlangsung dengan baik dikarenakan adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Protein terbentuk dari ikatan antar molekul asam amino (ikatan peptida).
Dua molekul asamamino dapat berkondensasi dengan melepas molekul air seperti berikut.
1. Struktur Protein
- Struktur primer (menunjukkan jumlah, jenis, urutan asam amino)
- Struktur sekunder
- Struktur tersier (menunjukkan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan)
- Struktur kuartener (menunjukkan derajat persekutuan
2. Sifat Protein
- Ionisasi
- Denaturasi
- Viskositas
- Kristalisasi
- Sistem koloid
Demikian rangkuman rumus kimia kelas 12 MIPA. Semoga bermanfaat.
Leave a Reply