Halo sobat, kembali lagi bersama dengan rumushitung. Kali ini rumushitung akan membahas pengenalan pola-pola hereditas untuk SMA Biologi Kelas 12. Kalian harus tahu hereditas atau perkawinan itu bagaimana?? Dan pahami juga jenis pola-pola dalam hereditas. Oke, kita akan kupas bahas materi ini dengan mudah.
Pola-pola hereditas, antara lain pola menurut hukum Mendel, pautan, pindah silang, gen letal, dan golongan darah.
Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Hukum Mendel I berbunyi “Pada pembentukan sel gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas”. Terjadi pada persilangan monohibrid.
Contoh : Merah (M) dominan terhadap putih (m)
P1 = MM >< mm
(merah) >< (putih)
F1 = Mm (merah)
P2 = Mm >< Mm
F2 = MM : Mm : Mm : mm
Perbandingan = 1 : 2 : 1
1 (merah) : 2 (merah) : 1 (putih)
Dominan perbandingan = 3 (merah) : 1 (putih)
Testcross (Uji Silang)
Mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah satu induknya yang homozigot resesif.
P1 = MM jantan >< mm betina
(merah) >< (putih)
G = M >< m
F1 = 100% Mm (merah)
atau
P1 = jantan Mm >< mm betina
(merah) >< (putih)
G = M >< m
F1 = 50% Mm (merah) : 50% mm (putih)
Kesimpulan :
- Jika hasil persilangan menghasilkan 100% individu dengan sifat dominan, maka salah satu induknya ialah homozigot.
- Jika hasil persilangan menghasilkan 50% individu sifat dominan dan 50% individu sifat resesif, maka salah satu induknya ialah heterozigot.
Backcross (Silang Balik)
Mengawinkan individu F1 dengan salah satu induknya.
P1 = BB jantan >< bb betina
(hitam) >< (putih)
G = B >< b
F1 = 100% Bb (hitam)
P1 >< F1 = BB jantan >< Bb betina
(hitam) >< (hitam)
G = B >< B
F2 = 50% BB (hitam) : 50% Bb (hitam)
Kesimpulan : individu yang mempunyai fenotif sama bisa mempunyai genotif yang berbeda.
Intermediet
Persilangan monohibrid dimana sifat dominan tidak mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat di antara keduanya.
P1 = MM jantan >< mm betina
(merah) >< (putih)
G = M >< m
F1 = 100% Mm (merah muda)
P2 = Mm jantan >< Mm betina
(merah muda) >< (merah muda)
G = M >< M
—-m—-m
F2 = 25% MM (merah) : 50% Mm (merah muda) : 25% mm (putih)
Perbandingan fenotif 1 : 2 : 1
Persilangan Resiprok
Disebut juga persilangan kebalikan, yaitu persilangan dilakukan dengan tidak memperhatikan jenis kelamin induknya.
P1 = TT jantan >< tt betina
(tinggi pendek) >< (pendek)
G = T >< t
F1 = 100% Tt (tinggi)
atau
P1 = tt jantan >< TT betina
(pendek) >< (tinggi)
G = t >< T
F1 = 100% Tt (tinggi)
Hukum Mendel II
“Pada saat penentuan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok secara bebas pula”.
P1 = merah besar >< putih kecil
P1 = MMBB >< mmbb
F1 = MmBb
P2 = MmBb >< MmBb
Menentukan F2 gunakan persilangan diagram garpu
Diagram garpu genotif :
Diagram garpu fenotf :
Penyimpangan Hukum Mendel II
- Kriptometri 9 : 3 : 4
Ialah gen yang tersembunyi dimana fenotifnya baru muncul saat bertemu gen lain tertentu.
Contoh : Bunga Linaria marocana.
Antosianin/berpigmen (A)
Tanpa antosianin (a)
pH Basa (B)
pH asam (b)
Aturan :
A_B_ = ungu
A_bb = merah
aaB_ = putih
aabb = putih
P1 = merah >< putih
P1 = Aabb >< aaBB
F1 = AaBb (ungu)
.
P2 = AaBb >< AaBb
F2 = 9 A_B_ : 3 A_bb : 3 aaB_ : 1 aabb
F2 = 9 ungu : 3 merah : 4 putih
Jadi, perbandingan fenotif kriptomer
9 DD : 3 DR : 4 (RD + RR)
F1 = fenotif baru - Komplementer 9 : 7
Ialah gen yang saling melengkapi. Jika gen dominan melengkapi gen dominan lain (interaksi dominna-dominan), maka akan muncul fenotif berbeda.
Contoh :
Bisu Tuli
D_E_ = normal
D_ee = Bisu Tuli
ddE_ = Bisu Tuli
ddee = Bisu Tuli
Biji Gandum
C_P = ungu
C_pp = putih
ccP_ = putih
ccpp = putih
P1 = Bisu Tuli >< Bisu Tuli
P1 = Ddee >< ddEE
F1 = DdEe (normal)
P2 = DdEe >< DdEe
F2 = 9 D_E_ : 3 D_ee : 3 ddE_ : 1 ddee
9 normal : 7 bisu tuli
Jadi, perbandingan fenotif komplemen
9 DD : 7 (DR + RD + RR)
F1 = fenotif baru - Polimeri 15 : 1
Ialah interaksi kumulatif gen, menggunakan simbol gen yang sama.
Contoh :
P1 = Merah >< Putih
P1 = M1M1M2M2 >< m1m1m2m2
F1 = M1m1M2m2 = merah
P2 = M1m1M2m2 >< M1m1M2m2
F2 = 9 M1_M2_ : 3 M1_m2m2 : 3 m1m1M2_ : 1 m1m1m2m2
9 merah : 3 merah : 3 merah : 1 putih
15 merah : 1 putih
Jadi, perbandingan fenotif polimeri
15 (DD + DR + RD) : 1 RR - Epistasis dan hipostasis 12 : 3 : 1
Epistasis ialah gen yang menutupi, sehingga fenotif akan nampak.
Hipotasis ialah gen yang ditutupu, sehingga fenotif ada kalanya tidak nampak.
Contoh :
Hitam (H) epistasi terhadap kuning (K)
P1 = Hitam >< Kuning
P1 = HHkk >< hhKK
F1 = HhKk (hitam)
P2 = HhKk >< HhKk
F2 = 9 H_K : 3 H_kk : 3 hhK_ : 1 hhkk
9 hitam : 3 hitam : 3 kuning : 1 putih
12 hitam : 3 kuning : 1 putih
jadi, perbandingan fenotif epistasi
12 (DD + DR) : 3RD : 1 RR
Pautan
Pautan ialah kecenderungan gen tertentu pada kromosom yang sama untuk diturunkan bersama-sama. Hal ini dikarenakan gen terletak sangat dekat dalam kromosom.Pautan seks ialah gen yang terletak dalam kromosom seks tertentu, misal gen buta warna.
Pindah Silang
Pindah silang ialah pertukaran segmen antara dua kromosom homolog. Berlangsung ketika kromosom homolog berpasangan dalam profase I meiosis. Peristiwa ini menyebabkan gamet dengan kombinasi gen sama sekali berbeda dan tidak ditemukan dalam salah satu orang tua saja.
Gen Letal
Merupakan gen yang jika dalam keadaan homozigot bisa menyebabkan kematian individu yang memilikinya.
Golongan Darah
- Sistem ABO
Dotentukan oleh 3 macam alel, yaitu Ia, Ib, Io.
Ia dan Ib bersifat dominan terhadap Io - Sistem Rhesus
Gen Rh → rhesus (+)
Gen rh → rhesus (-)
Rh bersifat dominan - Sistem MN
Ditentukan oleh alel LM dan LN.
Demikian pembahasan mengenai pola-pola hereditas. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Sekian terima kasih.
Leave a Reply